Senin, 31 Oktober 2011

REFLEKSI


Memikirkan negeri ini memang tak ada habisnya. Mulai dari subsidi BBM, produksi minyak yang tak kunjung meningkat, UU BPJS yang tidak juga disahkan, pemimpin yang asik sendiri dengan politiknya, pejabat yang semakin santai dengan korupsinya, sistem transportasi yang tidak pernah beres, excetra..

Memikirkan diri ini juga tak ada habisnya. Mulai dari mimpi belajar di luar negeri, punya mobil sendiri, mereka-reka kapan akan menikah, punya rumah di mana.. dan kapan bisa mengajak mama papa naik haji.

Kenyataannya, saat ini saya berada di Indonesia, bekerja di pemerintahan, di Jakarta, yang semakin parah saja macetnya. Belum ada yang berubah. Baik negeri ini maupun diri ini. Tapi, ada rasa syukur di hati ini. Harapan itu masih ada, dan Insya Allah bisa. Terwujud.

Cerita ini tentang Pembekalan yang baru saja diberikan oleh Kementerian tempat saya dan teman-teman CPNS bernaung. Program yang terlaksana atas inisiatif Menteri ESDM ketika itu, Bapak Darwin Zahedy Saleh. Program pertama yang tidak pernah ada pada tahun-tahun sebelumnya. Menurut Bapak Sukirman, haduh saya lupa Ses apa ya Pak Sukirman itu.. Ya. Filosofi Pembekalan ini adalah agar kami para CPNS memiliki bekal untuk menjalani kehidupan kami nanti di KESDM, dan namanya juga bekal, pasti hanya sedikit, tidak banyak. Hanya delapan belas hari. Sejak pertengahan September hingga awal Oktober. Tapi meskipun sedikit, bekal ini diharapkan dapat memberi gambaran kepada kami seperti apa dan bagaimana bumi Indonesia ini dikelola, di mana akar permasalahannya, dan bagaimana caranya agar kami tidak mengulangi kesalahan yang sama.

It’s worthed so much.

Perjalanan dimulai di Cipanas. Pembukaan, oleh Bapak Sukirman, yang lagi-lagi saya masih lupa jabatannya apa. Hehe. Tapi saya angkat jempol untuk Bapak. Bisa membuat kami semangat, berusaha fokus, dan gembira. Dengan cara sederhana, tepuk pramuka dan tepuk apace yang membahana itu. Kemudian, paparan singkat oleh para Dirjen, Kepala Badan, mantan Dirjen, maupun oleh widyaiswara. Dari semua penyaji, saya amat terkesan dengan paparan Bapak Sukhyar, Kepala Badan Geologi. Beliau memaparkan bumi Indonesia dengan cerdas dan jelas, untuk setiap potensi dan bahaya, tidak ada yang ditutup-tutupi. Dan saya sepemikiran dengan beliau. Jangan sampai habis bumi ini dijual ke negara lain, dan kita tidak memiliki apa-apa, bahkan majupun tidak. Dan jangan pernah percaya bahwa tidak ada negara yang ingin memecah Indonesia. Banyak negara di dunia ini yang menginginkan Indonesia terpecah belah dan disibukkan dengan konflik. Tak lain dan tak bukan adalah karena kita kaya. Kaya akan sumber daya. Kalau tidak percaya lihat saja kondisi negeri-negeri kaya minyak di Timur-Tengah sana, yang tidak ada habisnya dicampuri oleh negara lain.

Beliau juga memutarkan kami sebuah film tentang sejarah Museum Geologi, yang mungkin merupakan cikal bakal berdirinya Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral saat ini, yaitu film “SANG PERINTIS”. Begitu mengharukan tapi juga menyadarkan kami, bagaimana para pejuang terdahulu mempertahankan kekayaan alam negeri ini agar tidak jatuh ke tangan penjajah, sampai raga berpisah dengan jiwa.

Orientasi lapangan. Inilah yang ditunggu-tunggu. Apalagi bagi saya, seorang anak sosial, yang penuh dengan teori dan asumsi. Menggunakan safety shoes dan helm saja sudah girang, apalagi bisa masuk lokasi pertambangan,, woww. Pertamax.

Unit Bisnis Pertambangan Emas (UBPE) Pongkor, Bogor, milik salah satu BUMN, yaitu PT ANTAM. Sebagian besar wilayah KP ANTAM berada di Taman Nasional Gunung Halimun. Agar tidak merusak landskap Gunung Pongkor, maka diterapkan metode underground mining untuk memperoleh emas di lokasi tersebut. Ternyata ya saudara-saudara, tidak mudah mendapatkan emas dari dalam perut bumi ini. Kadar emas di Gunung Pongkor ini rata-rata 10 gr/ton. Artinya, pada satu ton batuan yang dieksploitasi, satu ton lho,, segede apa ya, hanya ada sekitar sepuluh gram emas saja di dalamnya.. Prosesnya pun panjang.

(peserta pembekalan sedang memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh salah seorang engineer PT ANTAM)

Selain itu, saya salut dengan para engineer yang memilih hidup di lapangan. Selain harus tetap tune on dengan seabrek peralatan di lokasi tambang, berhitung dengan cermat, mengambil keputusan yang tepat kalau-kalau ada bahaya di lokasi tambang, mereka juga harus rela jauh dari keluarga, cuma bisa pulang seminggu sekali, hiks, ngga kebayang, pasti kangen deh sama mama papa.

Perjalanan kedua, Museum Geologi..!

 (berpose di depan Museum Geologi, Bandung)

Well. Kalau tidak masuk kementerian ini mungkin saya tidak akan pernah tahu bahwa di Bandung itu ada museum yang kereeeeen banget. Ya, pertama kali juga. Haha. Cupunya saya. Jadi malu. Tempat-tempat penuh pengetahuan begini tidak pernah dihampiri. Tambah malu lagi melihat rombongan anak SD yang seliweran di Museum ini. Ya. Museum ini ternyata memiliki sejarah tersendiri. Mulai dibangun pada tahun 1928 dan diresmikan tahun 1929. Oleh siapa? Tentu oleh Belanda pada zaman itu, dinamakan Geologisch Laboratorium, diperuntukkan sebagai tempat penyelidikan potensi-potensi mineral tambang sejenisnya yang berada di Nusantara. Sadar akan betapa pentingnya data-data dan peta potensi kekayaan alam Indonesia, gedung ini kemudian diperjuangkan oleh alm. Arie Frederick Lasut dan Soenoe Soemosoesastro agar tidak jatuh ke tangan Belanda maupun penjajah lainnya, benar-benar sampai titik darah penghabisan.

Tanyalah pada diri sendiri
Apakah yang diucapkan dan dilakukan itu
sesuai firman Allah atau tidak
Apakah yang diucapkan itu
bermanfaat atau tidak bagi bangsa dan negara.
(Arie F. Lasut)

Isi museumnya.. Amazing. Mulai dari pengaruh pergerakan lempeng, zaman dinosaurus, zaman manusia purba, gugusan vulkanik, berbagai jenis batuan, fosil, bahan tambang, minyak, mineral, maket pertambangan di Papua, miniatur kegiatan hilir migas, semuanya. Geologi.
Yap. Someday harus ke sini lagi.

(to be continued, so many things to be shared..)

Malang, 31 Oktober 2011.